Aku tahu bagaimana bumi berevolusi mengitari matahari. Revolusi itu membutuhkan waktu 365 senja bukan? Kurasa semenjak aku mengukir namamu bumi sudah dua kali berevolusi. Tentu kamu bisa menghitungnya bukan? Begitu lamanya ragamu masih terngiang-ngiang dikepala. Entah lantaran apa hingga ragamu semakin nampak nyata, walaupun dalam konteks yang sebenarnya kamu masih nampak begitu absurd.
Kamu tahu saat aku berceloteh ini itu tentangmu aku sedang menyeduh es teh manis bersama teman-teman kita di kantin sekolah. Aneh sekali memang, tak ada kamu disini. Kamu yang biasanya duduk dihadapanku, bersama menikmati segelas es teh manis denganku. Kamu yang selalu mengucapkan selamat menikmati untukku. Dan kamu yang selalu tersenyum tipis, namun bagiku manis sekali.
Sekarang aku harus membiasakan diri tanpamu. Aku harus berusaha keras untuk hal yang satu ini. Aku harus menanggung rindu ini sendirian disini. Aku rindu kita. Aku dan kamu. Tak terasa memang sudah dua tahun belakangan ini aku tak menyeduh es teh manis denganmu lagi. Entah kapan moment-moment serupa akan terulang lagi.
Aku hanya bisa menunggumu kamu. Cepatlah pulang. Aku rindu kita. Kamu tahu rindu ini mengalahkan dahsyatnya sakit di ulu hatiku. Sungguh aku tak berdusta. Aku benar-benar mengatakan hal yang sesungguhnnya. Rindu ini seperti menggeroti hatiku.
Apa aku saja yang harus menanggung rindu yang menikam hati ini sendirian? Jika memang aku harus menanggungnya sendiri. Akupun tak apa. Toh aku bisa menyampaikan rindu ini lewat bulan kok. Dan saat kusampaikan rindu ini kuharap kamu sedang melihat bulan yang sama denganku. Kuharap bulan segera menyampaikan semua pesanku untukmu. Kuharap kamu peka ya. Atau mungkin aku juga bisa menyampaikan rindu ini lewat hembusan angin yang menerbangkan dedaunan, pun menerbang-nerbangkan rindu ini. Dan pastilah aku akan menyampaikan rindu ini lewat lantunan doa disepertiga malamku. Kuharap rindu ini cepat tersampaikan. Salam rindu Tuan <3
Jangan lupa baca-baca bukuhitamku ya gaes. Pasti lebih seru.