Sekarang aku benar-benar mengerti tentang betapa dahsyatnya kekuatan sebuah doa. Betapa dahsyatnya kekuatan sembahyang dan lantunan ayat-ayat suci. Kekuatan-kekuatan itu bak bekerja dengan begitu ajaib. Sungguh ini benar-benar dahsyat dan ajaib sekali. Kamu tahu? Ini bahkan lebih dahsyat dari sebuah lampu wasiat Aladin sekalipun. Jika aku berceloteh sedikit, kekuatan ini mengalahkan dahsyatnya tongkat ajaib sekalipun. Ini lebih dari sekedar itu. Lebih hebat dari itu.
Ohh iya, kali ini aku akan mencoba sedikit menceritakan perjuanganku memasuki perguruan tinggi yang selama ini aku impikan. Namaku Richa Meiliyana Rachmawati. Biasa dipanggil Richa. Dulu aku adalah siswa SMK N 1 Kudus. Langsung saja. Siswa SMK ingin kuliah? Mungkin cukup sulit untuk tembus SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Karena jarang PTN ternama mau menerima siswa SMK lewat jalur SNMPTN. Bukan tidak menerima ya, tapi jarang. Padahal jurusan yang dipilih relevan dengan jurusan SMK bahkan melanjutkan jurusan yang di SMK. Aneh betul memang. Namun bukan utopia belaka jika siswa SMK ingin kuliah. Sampai sekarang, aku masih bingung dan masih bertanya-tanya alasan PTN tidak mau menerima siswa SMK lewat jalur SNMPTN walaupun jurusan yang dipilih relevan sekali dengan jurusan SMK. Huuhhh entahlah.
Menginjak kelas 12. Aku semakin takut memikirkan masa depan, memikirkan nanti akan masuk PTN mana. Ketakutanku semakin menjadi-jadi saat aku menemukan sebuah blog yang bertuliskan peluang anak SMK untuk lolos SNMPTN itu hampir tidak ada, karena siswa SMK dipersiapkan untuk bekerja. Mungkin ini yang dirasakan oleh anak SMK yang ingin melanjutkan kuliah. Semacam rasa takut memikirkan masa depan yang terus menghantui. “Ya Allah, itu benar-benar tidak adil. Kami siswa SMK juga ingin kuliah, walaupun benar kami memang dipersiapkan untuk bekerja. Tapi kalian tahu sendirilah susahnya mencari lapangan pekerjaan dizaman seperti ini. Apalagi kalau lulusan SMA/SMK. Walaupun banyak orang sukses yang tidak bergelar sarjana. Aku tahu kesuksesan seseorang bukan diraih dengan gelar sarjana, magister, ataupun doktor yang ia miliki. Namun kesuksesan seseorang diraih dengan kerja keras. Tapi paling tidak, aku berusaha untuk terus belajar untuk meraih kesuksesan”, protes kecilku dalam hati. Jika SNMPTN hampir tidak berpeluang, harus ikut SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dong. Harus berjuang dengan keras dong. SBMPTN bagi siswa SMK adalah tantangan. Materi pelajaran yang diujikan dalam SBMPTN itu adalah materi pelajaran yang sebagian besar diujikan pada anak SMA. Tapi tidak ada yang mustahil, jika kita mau bekerja keras untuk bisa lolos SBMPTN. Nothing is imposibble, tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau bekerja keras. Karena aku percaya setiap kerja keras pasti akan menuai hasilnya. Walaupun hasil terburuk sekalipun, toh itu tetep kerja keras. Dan pastilah Allah akan memberikan yang terbaik. Yang terpenting adalah niat dan keikhlasan kita.
Saat itu masih teringat betul. Aku naik ke kelas 12. Waah udah gede dong, udah mau lulus. Aku mulai berpikir, mau kerja atau kuliah? Bingung. Aku takut jika membebani orang tuaku jika aku kuliah. Aku takut sekali jika orang tuaku tidak mampu membiayai biaya kuliahku nanti. Orang tuaku harus menyekolahkan 3 orang anak sekaligus. Wah perjuangan yang begitu hebat harus menyekolahkan 3 orang anak sekaligus. Mungkin terlalu egois jika aku ingin kuliah. Namun apakah aku egois hanya karena terlalu memikirkan masa depan? Aku juga memiliki mimpi seperti yang lain. Aku memiliki cita-cita yang harus kuwujudkan. Saat itulah aku mulai berpikir. Aku harus kuliah dan dapat beasiswa. Atau aku harus kuliah sambil kerja untuk bisa sedikit meringankan orang tuaku.
Dulu aku ingin sekali kuliah di Unniversitas Negeri Semarang (UNNES), aku ingin sekali masuk di prodi manajemen. Manajemen adalah impianku. Aku harus lolos SNMPTN untuk bisa masuk kejurusan manajemen UNNES. Saat itulah aku mulai bangkit. Aku harus bisa lolos SNMPTN. Kesempatan untuk bisa lolos SNMPTN tinggal dirapot semester 5 mendatang. Karena untuk bisa lolos SNMPTN harus memiliki grafik nilai yang meningkat. Paling tidak untuk rapot semester 5, aku harus dapat nilai rata2 yang memuaskan. Bisa dibilang ini adalah kesempatanku untuk bisa lolos SNMPTN setelah aku memperjuangkan nilai rapotku selama 4 semester. Berjuang untuk menjadi juara kelas. Berjuang untuk mendapat rata2 rapot dengan nilai yang sangat memuaskan.
Saat itulah aku mulai belajar dengan sungguh-sungguh. Bisa dibilang belajar dengan sangat keras. Aku hanya mencoba belajar dengan caraku sendiri karena aku tidak mengikuti kursus dimanapun. Belajar setelah mengaji sehabis magrib dan belajar di saat fajar, disaat orang-orang masih tertidur pulas. Jujur aku takut sekali jika tidak lolos SNMPTN. Aku semakin mendekatkan diri dengan pemilik alam semesta ini, Allah Ta’ala. Karena aku percaya Allah akan mengabulkan doa-doaku, doa yang selalu kulantunkan. Aku percaya akan kekuatan doa itu. Saat itu alhamdulillah aku mulai menjalankan puasa sunnah senin kamis, menjalankan sholat-sholat sunnah rawatib setelah menjalankan sholat fardhu. Aku juga mulai menjalankan sholat dhuha dengan rutin saat istirahat di jam sekolah atau disaat ja-jam yang kosong di sekolah. Aku semakin mendekatkan diri dengan Allah. Aku selalu memasang alarm tepat pukul 3 pagi untuk bisa melakukan sholat tahujud kepada Allah. Walaupun terkadang sulit sekali mengalahkan rasa malas ini agar bisa terbangun untuk Allah. Entah bisikan syetan yang menggodaku atau mungkin aku sendiri yang sungguh malas. Tapi Alhamdulillah aku sering terbangun di sepertiga malam terakhir untuk Allah. Aku berdoa kepada Allah agar aku diberikan yang terbaik untuk masa depanku nanti. Untuk perguruan tinggi yang harus kupilih nanti. Karena aku percaya, Allah pasti akan memberikan yang terbaik untukku. Walaupun jika seandainya aku tidak lolos SNMPTN, aku ikhlas kok. Allah selalu punya rencana yang terbaik.
Setiap hari setelah aku selesai sholat tahajud, aku mencoba mempelajari materi untuk SBMPTN. Persiapan kecilku jika seandainya aku tidak bisa diterima PTN lewat jalur rapot. Persiapan sedini mungkin untuk masa depan. Jujur, cukup sulit bagiku untuk mempelajari materi SBMPTN, karena mungkin aku adalah anak SMK. Sedangkan materi SBMPTN adalah materi pelajaran yang sebagian diujikan untuk anak SMA. Harus mempelajari materi yang selama ini tidak pernah dipelajari. Cukup sulit bagiku. Terkadang aku juga belajar di grup online facebook untuk melihat penjelasan2 soal yang kurang kuketahui. Memang perjuangan yang melelahkan dan begitu mengasah otak. Belajar belajar dan terus belajar. Berdoa berdoa dan terus berdoa.
Alhamdulillah perjuanganku untuk rapot semester 5 tak sia-sia. Aku mendapat peringkat 1. Aku bisa mendapat nilai rata-rata 91. Ya Allah baru kali ini aku mendapat nilai rata-rata rapot 9. Alhamdulillah. Memang butuh perjuangan yang melelahkan. Namun jangan senang dulu, ini bukan akhir dari segalanya. Justru perang untuk menembus PTN baru dimulai.
Banyak sekali perguruan tinggi swasta yang sosialisasi tentang kampusnya ke sekolahku. Jujur , aku sempat bingung. Tapi pendirianku tetep kokoh. Aku ingin masuk perguruan tinggi negeri. Namun sepertinya keinginanku bukan lagi di UNNES, melainkan di POLINES (Politeknik Negeri Semarang). Kenapa kok ingin di POLINES? Mungkin karena mahasiswa POLINES lebih terserap di dunia kerja kali ya. Karena Politeknik memang disiapkan untuk bekerja. Walaupun bukan S1, melainkan ahli madya (d3) atau Sarjana Sains Terapan (D4). Itu tak menjadi masalah. Menurutku di zaman seperti ini gelar bukan menjadi prioritas utama bukan? Terbukti banyak sarjana yang masih menjadi pengangguran bukan? Yang terpenting adalah bagaimana usaha kita untuk sukses. Banyak orang yang sukses walau tak lulus sarjana bukan? Yang terpenting adalah bagaimana kerja keras kita untuk sukses. Hasil itu selalu mengerti bagaimana prosesnya bukan? Selalu berbanding lurus bukan?
Dibulan Januari aku memutuskan untuk mendaftar online di POLINES lewat Jalur Penelusuran Siswa Berpotensi(PSB). Aku mendaftar diprodi Administrasi Bisnis. Yang menjadi prioritas utama dalam penilaian ini adalah nilai raport dari semester 1 hingga semester 5. Aku juga mencoba mendaftar bidikmis lewat jalur ini. Aku berpikir, jika aku lolos jalur ini, aku tidak perlu terlalu takut lagi memikirkan SNMPTN. Semoga bisa lolos Ya Allah. Jujur, aku sempet pesimis karena banyaknya pendaftar. Walaupun itu jalur pertama, tapi pendaftar sudah banyak sekali. Apalagi yang mendaftar diprodi Administrasi Bisnis.
Sembari menunggu pengumuman PSB POLINES, aku juga mendaftar SNMPTN di UNNES. Prodi Manajemen untuk pilihan pertama dan Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan untuk pilihan kedua. Aku memilih prodi manajemen karena prodi ini relevan dengan jurusan SMKku yaitu administrasi perkantoran. Selain itu prodi itu juga sesuai jalan menuju cita-citaku selama ini. Menjadi seorang sekretaris. Kenapa kok memilih Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan untuk pilihan kedua? Tidak relevan banget dengan jurusan sebelumnya? Itu karena dalam hati kecilku aku ingin sekali menjadi seorang guru. Aku ingin mengajarkan kepada siswa-siswaku nanti tentang sebuah arti kejujuran, kekuasaan, dan tanggung jawab. Aku ingin sekali mengajarkan pendidikan sedini mungkin kepada mereka tentang hal itu. Supaya kelak nantinya, setelah besar nanti, mereka akan menjadi generasi penerus negeri yang selalu ada disaat rakyat membutuhkan mereka. Supaya kelak mereka akan menjadi generasi penerus negeri yang benar-benar amanah. Impian kecil yang sangat sederhana.
Di POLINES dan UNNES? Entah PTN mana yang akan menerima aku. Semoga diberikan yang terbaik. Ya Allah bantu aku, aku mohon. Belajar untuk ujian nasional dan untuk SBMPTN, mungkin itu adalah satu-satunya bentuk usahaku. Aku hanya bisa berdoa. Menjalankan kewajiban sholatku, menjalankan sunnah rasulullah, dan memperbanyak lantunan ayat suci Alquran. Aku hanya bisa melakukan itu. Sempet takut jika kedua-duanya tidak lolos. Tapi jika seandainya tidak diterima, aku ikhlas. Mungkin itu memang yang terbaik. Berharap semoga Allah memberikan yang terbaik.
Pengumuman jalur PSB semakin dekat, mendekat lagi, terus mendekat, dan tiba hari H. Masih teringat betul, tanggal 20 Februari adalah pengumaman diterima jalur PSB. Senjapun menjadi saksi bisu tentang perasaan yang kurasakan saat itu. Dag dig dug, huuuhhhh semacam rasa takut jika tidak diterima jalur PSB ini. Akupun langsung membuka website POLINES. Ada link lagi nih, captionnya “Pengumuman Hasil Pemeringkatan Jalur PSB”. Langsung aku klik. “Loading”… Dan muncul hasilnya. Muncul daftar namaku di deretan prodi administrasi bisnis yang lolos. Ya Allah, aku diterima di POLINES prodi Adminstrasi Bisnis. Detik itu juga, akupun meneteskan air mata. Akupun sujud syukur untuk Allah. Ya Allah, terima kasih. Aku bahagia.
Alhamdulillah, aku sudah sedikit lega karena aku sudah diterima di PTN. Disaat yang lainnya masih sibuk untuk mendaftar perguruan tinggi, masih mempersiapkan berkas-berkas untuk mendaftar, masih bingung mau pilih perguruan tinggi mana. Aku malah sudah diterima di PTN. Ya Allah terima kasih. Aku tak kan berhenti bersyukur kepada-Mu.Jadi aku hanya tinggal focus untuk Ujian Nasional dan focus untuk beribadah kepada Allah. Tapi, ada sedikit rasa galau dalam hatiku. Bagaimana dengan SNMPTN? Udah aku finalisasi lagi. Duuhhh. Tapi nanti jika suatu saat pihak SNMPTN membutuhkan data lagi, aku tidak akan mengisi data itu supaya tidak lolos. Aneh sekali, disaat orang lain ingin lolos, aku malah takut kalau lolos. Aku takut nanti akan bingung pilih yang mana. Ehhh GR banget, jangan keGRan bakal diterima SNMPTN. Semoga Allah memberikan yang terbaik sajalah. Ohh iya,waktu itu, untuk SNMPTN disuruh untuk mengisi nomor UN untuk menjadi syarat lulus SNMPTN. Aku kan udah diterima di POLINES, jadi untuk apa aku diterima SNMPTN, lebih baik aku tidak mengisi data itu. Dan alhasil aku tidak mengisinya. Bisa dibilang mundur.
Detik jam bergerak sedemikian cepatnya. Hingga tiba pengumuman SNMPTN. Aku masih ingat betul, itu pukul 17.30. Aku tidak yakin bakal diterima SNMPTN, soalnya nilai rapotku aja tidak stabil banget, naik turun. Terus aku juga tidak memasukkan data nomor UN. Aku coba buka aja web pengumuman SNMPTN. Perlahan aku memasukkan NISN. Lalu coba mengecek. Alhasil, “Selamat Anda diterima SNMPTN dengan prodi manajemen di Unniversitas Negeri Semarang”. Kaget, seketika itu aku langsung menangis. Aku tidak tau, apa arti tangisanku ini, entah tangisan bahagia atau justru tangisan kesedihan karena bingung harus memilih yang mana. Ya Allah, bantu aku untuk memilih, aku bingung, dua PTN ini sama-sama impianku. Lalu aku coba tanya kepada ibuku. Ibuku menyuruh aku memilih POLINES saja, soalnya di POLINES ada saudara. Ohh iya, bidikmisi kan aku daftarin di POLINES, jadi lebih baik aku milih POLINES aja kali ya. Mudah-mudahan bisa lolos bidikmisi.
Malam harinya pun, aku sholat tahajud untuk Allah, aku berdoa supaya aku diberi petunjuk dan diberikan yang terbaik. Setelah aku curhat kepada Allah dan setelah aku fikir-fikir dengan matang. Aku memutuskan untuk memilih POLINES, tidak peduli aku diterima bidikmisi atau tidak. Aku akan tetap memilih POLINES. Jika nanti aku tidak bisa lolos bidikmisi, toh aku masih bisa mengajukan beasiswa lain, terus aku juga bisa kuliah sambil kerja. Aku yakin aku bisa melakukan itu. Semoga ini menjadi pilihan terbaikku. Maaf aku harus menolak SNMPTN. Maaf sekali. Aku bukan ingin main-main dengan SNMPTN, aku hanya memutuskan pilihan menurut kata hatiku. Dan semoga ini yang terbaik untukku.
Pagi hari setelah pengumuman SNMPTN, aku langsung ke BK. Aku minta solusi sama guruku. Aku juga curhat sama mereka. Harus pilih yang mana? Bingung juga curhat sama guru, ada yang menyarankan di POLINES, ada juga yang menyarankan di UNNES. Aku ingat betul kata Bu Neneng, guru BKku, “Ikuti kata hatimu”. Bismillah, keinginanku kokoh. Aku ambil POLINES. Aku tak tau kenapa aku bisa minat di POLINES daripada di UNNES, yang jelas, hati kecilku berkata POLINES cha. Semoga ini yang terbaik.
Ada impian kecil yang terabaikan saat aku memilih POLINES,yaitu menjadi seorang guru. Walaupun terabaikan, sampai sekarang aku masih berangan-angan supaya kelak bisa menjadi seorang guru yang bisa memberikan ilmu kepada siswa-siswanya. Sekalipun guru bagi anak-anakku kelak.
Sekali lagi, maafkan aku, aku tidak bermaksud bermain-main dalam masalah ini. Aku hanya terjebak diantara dua pilihan yang sangat berat. Pilihan yang aku sendiri juga sulit untuk memilih. Pilihan yang sama-sama adalah impianku. Dan aku hanya bisa mengikuti hati kecilku seraya berdoa kepada sang pemilik hati ini. Allah Ta’ala. Dan Alhamdulillah aku juga lulus UN dengan nilai yang sangat memuaskan. Terima kasih Ya Allah, terima kasih bapak ibu, terima kasih bapak ibu guru, dan terima kasih kepada semua yang sudah mendoakanku. Ini berkat kekuatan doa orang-orang yang begitu dahsyat. Ini sungguh berkat dari Allah.
Bagaimana dengan bidikmisiku? Jawabnya aku tidak lolos bidikmisi. Jujur, aku iri sekali melihat teman-temanku yang lolos bidikmisi di PTN pilihannya masing-masing. Mungkin karena kuota bidikmisi di POLINES cuman sedikit, jadi yang lolos hanyalah orang yang bener-bener membutuhkan. Tapi aku juga butuh sekali beasiswa bidikmisi itu. Bayangkan, bapakku harus bekerja sendiri membanting tulang untuk bisa menyekolahkan 3 anak sekaligus. Aku takut sekali, apakah aku bisa hidup di Semarang nantinya atau tidak. Tapi aku percaya Allah tidak mungkin memberikan cobaan diluar kemampuan hambanya. Allah pasti akan memberikan jalan kepada hambanya. Allah pasti akan menolongku. Aku yakin aku bisa. Aku bisa kuliah di POLINES walaupun tidak dapat bidikmisi. Jika Allah mentakdirkan aku tidak lolos bidikmisi, berarti Allah tau, aku bisa melalui semua ini, aku kuat. Mungkin Allah memintaku untuk berusaha dan kerja keras lagi dan lagi. Aku harus extra kerja keras untuk bisa kuliah. Aku tidak boleh manja.
Alhamdulillah aku bisa bekerja menjadi SPG di Matahari Departement Store mengisi liburan ramadhan dan hari raya Idul Fitri kemarin. Hasilnya Alhamdulillah cukuplah untuk memenuhi semua kebutuhan kuliah diawal. Untuk hidupku di Semarang nanti, tohh, aku masih bisa mencari beasiswa yang lain, masih banyak bukan? Aku juga nanti bisa kuliah sambil kerja disana. Aku mencoba ikhlas, walaupun itu sulit. Dan aku bersyukur masih bisa melanjutkan studiku nanti. Disaat banyak temanku yang tidak bisa mengenyam bangku kuliah, entah karena faktor biaya atau factor karena tidak lolos seleksi yang diadakan di perguruan tinggi. Aku tidak boleh iri sama temen-temen yang dapat bidikmisi. Lihatlah yang ada dibawahmu cha, lihatlah mereka yang tidak seberuntung kamu. Kamu kan masih bisa berusaha untuk hidup di Semarang nanti bukan? Kamu bisa kerja bukan? Kamu aja bisa jadi SPG dulu, masa nanti kamu tidak bisa kerja disana? Kamu bisa cha. Sukses itu butuh proses bukan? Sukses itu butuh kerja keras. Terus berusaha dan pantang menyerah. Itulah kunci sukses sejati.
Selalu doain aku ya kawan, bagi siapapun yang sudah membaca tulisan ini. Supaya nantinya, aku bisa mewujudkan target-target kecilku di Semarang nanti. Karena bagiku kekuatan doa itu lebih dahsyat dari kekuatan apapun. Jika Allah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bukan? Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untukku dan untukmu. Amiiinn Ya Rabb.
Semoga tulisan ini bermanfaat.